Jumat, 18 Februari 2022

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Syaiful Rahman, S.Pd., M.Pd_CGP3_Jember 2

Setiap individu dalam kehidupan bersosial tak lepas dari sebuah permasalahan di lingkungan keluarga, masyarakat, institusi maupun kita pendidik sebagai pemimpin pembelajaran. 

Sebagai pemimpin pembelajaran kita dihadapkan dengan ragam aktivitas yang sering memerlukan pemikiran, pertimbangan dan pengambilan sebuah keputusan. Keputusan yang diambil harus tepat, benar, bermanfaat, dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum serta keputusan yang bijak menjadi kebaikan bagi kita semua.
Tidak mudah memang kita mengambil sebuah keputusan yang menghadirkan “Win-Win Solution” sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yang berlaku di institusi atau lingkungan kita. 

Untuk mendapatkan keputusan yang tepat, benar, bermanfaat, dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum tentunya kita harus dapat mengidentifikasi apakah sebuah permasalahan yang kita hadapi mengandung unsur dilema etika atau tidak ( bujukan moral ). Selanjutnya jika situasi tersebut merupakan dilema etika maka penting bagi kita mengenali paradigma apa yang terjadi pada dilema etika tersebut. Dengan mengenali paradigma yang terjadi pada dilema etika diharapkan kita memahami prinsip-prinsip etika dan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati dan diyakini dalam proses pengambilan keputusan dilema etika.

Setelah kita memahami konsep dasar paradigma pengambilan keputusan atas dilema etika, selanjutnya menjadi pertanyaan bagi kita, bagaimana efektivitas pengambilan keputusan yang kita ambil. Sebuah keputusan dinilai efektif dan menghadirkan kebermanfaatan jika kita memahami dan mendasarkan pengambilan keputusan tersebut pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Tiga  prinsip yang mendasari seseorang dalam pengambilan keputusan. 

Pertama, berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) berkaitan dengan melakukan sesuatu /mengambil keputusan demi kebaikan orang banyak. Kedua, berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) jika keputusan yang akan diambil terkait dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita sesuai dengan aturan yang berlaku . Ketiga adalah berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) yaitu melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. 

Ketiga prinsip pengambilan keputusan diatas penting dipahami oleh kita sebagai pemimpin pembelajaran sehingga keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal serta berpihak pada murid.

Dalam pengambilan keputusan, selain kita harus memahami paradigma dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan tersebut, penting bagi kita dapat bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis. 

Ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang dapat kita lakukan.
Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.Hal ini dimaksudkan keputusan yang kita ambil sudah melalui penilaian yang saksama dan dipastikan dilema tersebut betul-betul berhubungan dengan aspek moral ( nilai-nilai kebajikan universal ), bukan sekadar masalah  yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, dengan memahami subjek yang mengalami dilema etika ini, diharapkan kita dapat meningkatkan peduli dan empati kepada siapapun yang mengalami dilema ini.
Ketiga, mengumpulkan  fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, langkah ini diharapkan bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
Keempat, pengujian benar atau salah, pengujian benar atau salah ini dimaksudkan agar kita mengenali apakah situasi yang kita hadapi adalah dilema etika atau bujukan moral.
Kelima, pengujian paradigma benar lawan benar.hal ini dimaksudkan membawa penguatan bahwa situasi yang kita hadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Keenam, melakukan prinsip resolusi, melalui tahapan ini diharapkan mengenali bahwa keputusan yang kita ambil didasarkan dari nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut dan baik
Ketujuh, investigasi opsi trilema, tahapan ini bisa muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya,muncul opsi keputusan yang tepat, bertanggungjawab dan bijak menghasilkan keputusan “win-win solution”
Kedelapan, buat keputusan,tahapan ini diperlukan keberanian secara mora luntuk mengambil atau membuat sebuah keputusan yang tepat dan bijak.
Kesembilan, melihat kembali keputusan dan merefleksikannya, keputusan yang sudah kita ambil menjadi bahan refleksi untuk pengambilan keputusan-keputusan berikut

Keputusan yang tepat, benar, bijak dengan menghadirkan kebermanfaatan bersama perlu adanya komunikasi dan kolaborasi dari berbagai pihak. Siapakah yang dapat membantu atau mendampingi kita dalam pengambilan keputusan ? Disebutkan pada langkah ketiga pengambilan dan pengujian keputusan  yaitu menentukan siapa yang terlibat dalam situasi dilema etika. Orang inilah yang nantinya perlu diajak berkomunikasi dan berkolaborasi untuk membantu menghasilkan sebuah keputusan.
Jika dilema etika ini terjadi pada peserta didik, tentunya kita akan mengkomunikasikannya dengan orang tua, wali kelas, guru dan kepala sekolah. Dengan adanya komunikasi dan kolaborasi ini diharapkan keputusan yang kita ambil menjadi keputusan yang juga berpihak kepada peserta didik dalam pembelajaran.

Kita sebagai pendidik tentunya dalam setiap pengambilan keputusan berharap mendapat keputusan yang tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral sesuai nilai-nilai kebajikan universal yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hukum. Perlu kiranya dalam setiap pengambilan keputusan kita menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dengan mengenali paradigma dilema etika dan melakukan tahapan-tahapan dalam pengambilan dan pengujian keputusan. Dilema etika yang kita hadapi bisa saja melibatkan peserta didik, kolega guru di lingkungan institusi kita. Maka dari itu di pentingkanlah komunikasi, kerjasama dan kolaborasi dalam pengambilan sebuah keputusan sehingga menghadirkan keputusan yang membawa kebermanfaatan, berpihak kepada peserta didik dan tentunya “win-Win Solution “ bagi semua pihak.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri penulis dan bagi pembaca. AMIN


Asesmen Nasional

 

Apa Itu Asesmen Nasional ?
Penjelasan Tentang Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau (a) perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya kesenjangan antarkelompok sosial ekonomi dalam satuan pendidikan, kesenjangan antara satuan Pendidikan negeri dan swasta di suatu wilayah, kesenjangan antardaerah, atau pun kesenjangan antarkelompok berdasarkan atribut tertentu). Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama satuan pendidikan, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah satuan pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong satuan pendidikan dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

(Sumber : https://anbk.kemdikbud.go.id/ )