Kontribusi Positif Guru Penggerak
Guru Penggerak telah melewati proses pendidikan yang intensif selama enam bulan, mencakup teori dan praktik yang mendalam. Program ini bertujuan mencetak pendidik yang mampu menjadi agen transformasi di sekolah masing-masing. Beberapa kontribusi nyata yang telah dilakukan GP meliputi:
- Peningkatan Kualitas Pembelajaran: GP dituntut untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid dan kolaboratif, yang terbukti meningkatkan keterlibatan siswa.
- Pengimbasan Praktik Baik: GP menjadi motor perubahan di lingkungan pendidikan dengan mengimbaskan pengetahuan dan keterampilan kepada rekan sejawat.
- Kepemimpinan Transformasional: GP dipersiapkan untuk memimpin perubahan positif, sehingga diharapkan mampu mengatasi tantangan pendidikan dengan inovasi dan solusi kreatif.
Aspek Pro Kebijakan
- Transparansi dan Kesempatan Setara: Seleksi Kepala Sekolah yang terbuka bagi GP melalui mekanisme yang tertuang dalam Keputusan Dirjen GTK Nomor 4338/B.B1/HK.03.01/2024 memberikan kesempatan yang lebih luas kepada guru dengan kompetensi unggul untuk menjadi pemimpin sekolah.
- Fokus pada Kualitas Kepemimpinan: Program Guru Penggerak salahsatunya bertujuan meningkatkan soft skills kepemimpinan, seperti kemampuan komunikasi, pengambilan keputusan, dan manajemen konflik, yang menjadi bekal penting dalam peran Kepala Sekolah.
- Regenerasi Kepemimpinan: Kebijakan ini mempercepat regenerasi kepala sekolah dengan figur yang lebih progresif, sesuai kebutuhan pendidikan abad ke-21.
Aspek Kontra Kebijakan
Di sisi lain, ada sejumlah kritik yang muncul terhadap penunjukan GP sebagai Kepala Sekolah, antara lain:
- Pengalaman Lapangan: Beberapa pihak meragukan kemampuan GP yang relatif muda dalam mengelola kompleksitas administrasi dan manajerial sekolah.
- Kesenjangan Kompetensi: Tidak semua GP memiliki latar belakang pengalaman yang merata dalam hal memimpin. Ini dapat memengaruhi konsistensi implementasi kebijakan di berbagai satuan pendidikan.
- Resistensi Budaya Sekolah: Perubahan kepemimpinan yang signifikan terkadang menghadapi resistensi, terutama di lingkungan dengan kultur kerja yang cenderung stagnan.
Evaluasi dan Rekomendasi
Kritik ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk menolak kebijakan sepenuhnya, melainkan menjadi pijakan untuk evaluasi dan perbaikan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Penyempurnaan Diklat CKS: Materi pelatihan calon kepala sekolah perlu diperkaya dengan studi kasus nyata dan simulasi manajemen berbasis data.
- Pendampingan dan Mentoring: GP yang diangkat menjadi Kepala Sekolah sebaiknya didampingi mentor berpengalaman selama masa transisi untuk memastikan adaptasi berjalan optimal.
- Sosialisasi dan Edukasi Publik: Pemangku kepentingan perlu mengedukasi masyarakat tentang tujuan dan manfaat kebijakan ini, sehingga resistensi dapat diminimalkan.
Pro kontra terhadap penugasan Guru Penggerak sebagai Kepala Sekolah adalah refleksi dari dinamika perubahan. Kebijakan ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan jika diimplementasikan dengan matang dan berbasis evaluasi. Penting bagi kita untuk melihat kebijakan ini secara holistik, menghargai praktik baik yang sudah berjalan, dan terus menyempurnakan pelaksanaannya demi pendidikan yang lebih baik. Mari kita jadikan momen ini sebagai peluang untuk bersinergi dan membangun ekosistem pendidikan yang lebih maju.