Jumat, 27 Agustus 2021

Secercah Filosofi Ki Hajar Dewantara


Secercah Filosofi Ki Hajar Dewantara
Syaiful Rahman, S.Pd., M.Pd
SMAN Plus Sukowono Jember

  • Makna Pengajaran dan Pendidikan 

Ki Hajar Dewantara mengartikan bahwa Pendidikan merupakan ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sedangkan pengajaran merupakan Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. 

Dari pengertian diatas sudah jelas bahwa kita sebagai pendidik memiliki kewajiban dalam menuntun anak didik kita yang memiliki kodrat alam yang berbeda-beda, memiliki potensi dan karakteristik beragam dengan pengajaran yang menyenangkan dan bermakna dalam hidup dan kehidupannya. 

Tersirat secara mendalam bahwasanya dalam pengajaran dan pendidikan  ini guru tidak sepatutnyalah memaksakan dan menyamaratakan anak didik kita yang memiliki kodrat alam yang berbeda-beda. Kita sebagai pendidik berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan pola asah asuh asih sehingga nantinya anak didik kita memiliki bekal dalam kecakapan hidupnya untuk bisa hidup di dalam kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  • Relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks pendidikan di sekolah

Ki Hajar Dewantara sebagai  Founding Fathers Pendidikan Nasional telah memberi konsep pendidikan dan pengajaran secara umum sebagaimana telah dituliskan sebelumnya.

Dari pengertian tersebuts jelas Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini menuntun kepada segenap komponen pendidikan dari Pemerintah, Pemerhati Pendidikan, Institusi Pendidikan, Masyarakat dan khususnya kepada kita sebagai Pendidik untuk mempersembahkan sebuah pengajaran dan pendidikan sebagai bentuk proses transformasi, komunikasi dan pembimbingan yang dapat memberi manfaat/ faedah kepada peserta didik dalam mempersiapkan kehidupan nyata bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. tentunya kita berharap juga anak didik kita mencapai kebahagiaan dan keselamatan seutuhnya dalam menjalani kehidupannya.

Peserta didik kita gambarkan sebuah benih yang perlu tumbuh kembang dengan sempurna sesuai kodratnya alamnya yang memiliki karakteristik berbeda-beda antara satu inidividu dengan individu lainnya. Kita Pendidik perlu mempersiapkan sarana, wadah dan media untuk tumbuh kembang anak didik kita sehingga menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kecakapan hidup dengan bekal kompetensi diri. Selain itu kita pendidik harus mampu merawat, menyirami dan  memupuk anak didik kita dengan perlakuan dan tuntunan dengan kasih sayang dengan pola ASAH,ASUH dan ASIH sehingga anak didik kita tumbuh kembang menjadi pribadi yang memiliki budi pekerti luhur.

Pemikiran KHD merupakan pondasi dan tuntunan bagi kita sebagai pendidik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. saat ini dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang pendidikan sangatlah pesat.  Dengan mudahnya berselancar bebas mengakses informasi , berkomunikasi tanpa tidak bertemu langsung ( tatap maya), sangat relevan bahwa sebagai pendidik memberikan kesempatan seluasnya-luasnya kepada peserta didik untuk belajar secara merdeka sesuai dengan kodratnya sebagai individu, belajar secara kolaborasi tanpa batas subjek yang harus menjadi teman belajar, belajar tanpa batas sumber yang dapat menjadi rujukan belajarnya, belajar secara bebas kapan waktu untuk belajarnya. maka dari itu sepatutnya kita sebagai pendidik memberikan kemerdekaan belajar kepada anak didik kita dengan tetap menjaga norma sosial yang berlaku dan menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal. 

Dilain sisi kita pendidik perlu menjadi panutan, pembangun semangat dan memberi motivasi dan arahan kepada peserta didik ( Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ) . Dengan pesat dan bebasnya informasi secara global terbuka diakses melalui internet tidak menutup kemungkinan  ada hal/obyek negatif yang menjadi konsumsi anak didik kita. Maka diperlukanlah pendampingan dan arahan sikap serta mengedepankan budi pekerti sesuai dengan budaya warisan para leluhur kita. terwujud peserta didik tangguh memiliki kecakapan hidup dan berakhlakul karimah sesuai yang  dicita-citakan oleh Pemerintah mewujudkan pelajar dengan profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Ki Hajar Dewantara juga menuntun kepada kita pendidik untuk membawa pengajaran dan pendidikan sebagai media terciptanya peradaban bangsa yang luhur dengan ragam budaya yang kita memilki. Pendidikan hendaknya menjadi media dan sarana perubahan peradaban kearah yang lebih baik sesuai zamannya. Kita pendidik tidak bisa hanya diam stagnan dalam pendidikan, kita pendidik dituntut terus adaptif terhadap perubahan zaman dengan segala pernak-pernik kemajuan pengetahuan dan teknologinya. Kita pendidik harus kreatif, inovatif, selalu solutif dalam menghadapi segala rintangan, halangan dan permasalahan yang kita hadapi khususnya di dunia pendidikan.

  • Asas Trikon Ki Hadjar Dewantara

  1. Kontinyu , seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya pendidikan akan pula mengalami adaptivitas, terus berkembang secara terus-menerus sesuai dengan zamannya. Ki Hajar Dewantara mengajarkan kepada kita pendidik untuk terus dinamis bergerak di dunia pendidikan , memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang bermakna bagi anak didik kita sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Hal ini selaras dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib “Didiklah anakmu sesuai zamannya karena mereka tidak hidup di zamanmu” dan ungkapan dari Socrates “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu” – Socrates
  2. Konvergen, dalam pengajaran dan pendidikan kita dapat belajar dari berbagai sumber dengan siapapun selama ilmu yang kita pelajari dapat memberi manfaat/ faedah untuk perubahan peradaban yang lebih baik dengan tidak mengenyampingkan kekayaan budaya dan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia. Hal ini dicontohkan Ki Hadjar ketika dalam mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore
  3. Konsentris, dengan cepatnya perubahan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak menutup kemungkinan ada hal negatif yang bisa berpengaruh tidak baik terhadap perkembangan pengajaran dan pendidikan. Maka dari itu dipentingkanlah bahwa kita tetap teguh dengan kekayaan dan karakter budaya luhur kita sebagai pusatnya dan pedomannya.
Sebagai harapan semoga kita diberikan kekuatan, kesabaran dan kesehatan dalam menjalani amanah sebagai pendidik agen perubahan menuntun anak didik menjadi generasi unggul berakhlak mulia.

Minggu, 22 Agustus 2021

Catatan Kecilku

 “Kita sebagai pendidik sepatutnya kembali kepada ruh pendidikan yang disampaikan oleh KHD. Kita harus mampu menggerakkan diri sendiri, lingkungan( Sekolah dan Masyarakat ) khususnya warga sekolah untuk terus bergerak berubah lebih baik . memberi semangat dan motivasi kepada anak didik kita untuk terus tumbuh kembang menyiapkan bekal dalam kehidupannya kelak bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu pula kita bisa menjadi pemimpin pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik.”

“Sungguh memberi semangat perubahan kepada kita pendidik untuk terus belajar dan menjadi teladan, motivator dan fasilitator bagi anak didik kita. Pola Asah, Asuh dan Asih dalam pendidikan dengan tetap bersemboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

“Ucapan syukur patut kita haturkan kepada Allah SWT dan terimaksih tak hingga kepada Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang telah mendobrak "keterbelengguan dan keterkungkungan" pendidikan dan pengajaran pada zaman kolonial belanda. Taman Siswa Ki Hajar Dewantara dengan segala Filosofinya memberi ruh kehidupan pada pendidikan dan pengajaran indonesia. kemerdekaan dalam belajar, kemerdekaan berekspresi, berinovasi, berkreasi dan berkolaborasi sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik. saat ini waktunya kita kembali merdeka mengembalikan ruh pendidikan dan pengajaran untuk pembelajaran yang bermakna, berpusat pada peserta didik dan terlahir pelajar dengan profil pancasila”

“Jika kita merujuk pada arti Pendidikan dan Pengajaran menurut KHD “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”. Pengajaran bertujuan memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Maka kita pendidik bersama seluruh elemen pendidikan memiliki tanggungjawab bersama menuntun peserta didik menemukan jati diri manusia merdeka seutuhnya dalam artian merdeka berfikir, berkreasi dan berkarya untuk menyiapkan kehidupannya lahir batin di masyarakat. Pendidikan menjadi tempat belajar, berlatih dan menumbuh kembangkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kita pendidik berkewajiban memberikan ruang sepenuhnya untuk tumbuh kembang peserta didik dengan tetap menguatkan karakter dan akhlak mulia. Dimanapun kita berada disekolah , dimasyarakat tetapalah menjadi bagian yang selalau memberi manfaat kepada orang lain khususnya kepada peserta didik kita.”

“Setiap benih memiliki karakteristik dan potensi masing-masing, begitu juga anak secara alamiah memiliki kekuatan jiwa dan potensi tumbuh kembang yang berbeda-beda. Kita sebagai pendidik dan berperan sebagai orang tua seharusnya menyiapkan media dan merawat untuk tumbuh kembangnya anak berupa pendidikan dengan pengajaran yang tepat dengan berdasar pada filosofi pendidikan yang disampaikan oleh KHD. Kita pendidik sekaligus orang tua harus memberikan ruang dan waktu atas kemerdekaan dalam belajar dengan tetap mempertimbangkan, memperhatikan budaya luhur dan adab kearifan lokal. Keterbukaan akses informasi melalui kecanggihan teknologi memudahkan anak dan kita semua dalam menyerap, meniru, memproduksi karya. tetapi kita tetap harus memiliki kewaspadaan atas apa yang diserap dipelajari oleh anak didik kita. ada kendali agar nantinya tujuan pembelajaran dan pendidikan tercapai keselamatan serta kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat(KHD).”

“Sebagai pedoman kita pendidik, uraian dari KHD sungguh memberi pencerahan dalam melakukan proses pengajaran kepada anak didik kita. Setiap insan memiliki kodrat ketentuan keaslian sifat, karakter bawaan alam sejak dalam kandungan yang tentunya ini merupakan warna dasar setiap anak didik. Kodrat alam ini berlanjut ketika mereka( anak didik ) bergaul, berkomunikasi dan hidup dalam keluarga maupun masyarakat. Dilain sisi setiap insan ( anak didik ) akan melalui sebuah proses pembelajarannya untuk mencapai hidup dan kehidupannya pada zamannya. Kita pendidik tidak bisa menyamakan perlakuan terhadap anak didik sekarang seperti kita masih dalam posisi sebagai anak didik terdahulu. Tuntutan kecakapan hidup disetiap zaman akan berbeda maka kitapun sebagai pendidik dalam mengisi dan mewarnai arah hidup peserta didik harus adaptif terhadap perkembangan pengetahun dan teknologi dengan tetap mengutamakan adab kultur luhur budaya bangsa . Tetaplah kita berupaya memberi yang terbaik untuk anak didik kita.”

Sangat setuju atas pemikiran KHD bahwa Keluarga merupakan pendidikan pertama upaya tumbuh kembang anak dalam Budi Pekertinya. Ada pepatah " Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", jika kita teliti dan amati ketelatadanan keluarga menjadi hal utama dalam pembentukan budi pekerti anak. Orang tua ( keluarga ) akan mewarnai karakter dan watak anak. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan anak dalam berkomunikasi dalam keluarga secara langsung akan terekam dalam otak pikiran, dirasa lanjut berproses berbuah pada sebuah tindakan . Maka dari itu pentingnya kita memberi layanan Asah, Asuh dan Asih kepada anak dengan memberikan kemerdekaan dalam berekspresi, berkomunikasi dan eksplorasi diri dengan tentunya tetap ada kendali pendampingan arahan orang tua yg beradab menjunjung tinggi etika dan adap sopan santun. Jika pendidikan yang diberikan oleh orang tua selaras dengan pemikiran dari KHD dan kita pendidik disekolah menyambut dengan memberi pelayan pembelajaran yang bermakna maka terwujudlah budi pekerti luhur.”

“pengajaran dan pendidikan yang diberikankapada anaka didik kita membutuhkan metode, cara atau strategi mencapai tujuan yang kita inginkan. KHD mempersembahkan dan menuntun kita pendidik bagaimana memberikan pengajaran yang bermakna bagi anak didik kita. bermakana dalam menghantarkan kecakapan hidupnya. Kita pendidik sepatutnya memberi kemerdekaan belajar kepada anak didik kita sesuai dengan karakteristiknya. Metode Montesori, Frobel dan taman siswa menjadi contoh dalam memberikan pengajaran yang bermakna dengan menguatkan olah raga, olah pikir, olah hati, olah karsa/rasa.”

“Ki Hajar Dewantara dengan filosofinya telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan ,dimulai dari KHD dalam memperjuangkan pengajaran dan pendidikan diberikan sepenuhnya kepada rakyat tanpa pandang bulu, tanpa melihat status sosial atau status ekonomi dalam masyarakat. Beliau juga menyampaikan bahwa Pendidikan merupakan media semai anak didik kita, sehingga pendidikan harus menajdi ladang tempat yang subur tumbuh kembangnya anak didik kita. Pendidikan bukan hanya sekadar tempat untuk mencetak anak didik menjadi pintar, tetapi yang lebih penting pendidikan dapat menuntun anak didik kita menjadi anak didik yang beradap, mengetahu dan memahami budaya luhur bangsa. Dilain sisi pendidikan harus memfasilitasi tumbuh berkembangnya kebudayaan dan peradaban yang luhur dengan tidak meninggalkan kearifan lokal. saatnya kita bersama memberi kemerdekaan kepada anak didik kita dalam berpikir, berkreasi, berinovasi dan berkarya. Terimakasih KHD atas segala dasar pemikiran yang ditanamkan kepada kita pendidik.”

“Ucapan syukur patut kita haturkan kepada Allah SWT dan terimaksih tak hingga kepada Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang telah mendobrak "keterbelengguan dan keterkungkungan" pendidikan dan pengajaran pada zaman kolonial belanda. Taman Siswa Ki Hajar Dewantara dengan segala Filosofinya memberi ruh kehidupan pada pendidikan dan pengajaran indonesia. kemerdekaan dalam belajar, kemerdekaan berekspresi, berinovasi, berkreasi dan berkolaborasi sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik. saat ini waktunya kita kembali merdeka mengembalikan ruh pendidikan dan pengajaran untuk pembelajaran yang bermakna, berpusat pada peserta didik dan terlahir pelajar dengan profil pancasila”