Rabu, 15 Januari 2025

Filsafat: Pilar Utama Pembentukan Karakter Siswa di Era Modern

Abdul Majid
Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan UNESA_2024

Dalam menghadapi kompleksitas era modern yang ditandai dengan globalisasi, perkembangan teknologi, dan tantangan moral, pendidikan memiliki peran sentral. Salah satu pendekatan yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan berpikir kritis dalam proses pendidikan adalah filsafat. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan siswa untuk mengetahui apa yang benar, tetapi juga memahami dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa Filsafat Relevan untuk Pendidikan Karakter?

Filsafat memberikan dasar bagi siswa untuk memahami konsep moralitas dan etika secara mendalam. Misalnya, melalui diskusi dan refleksi, siswa dapat belajar membedakan antara yang benar dan salah, memahami konsep keadilan, dan merumuskan tanggung jawab sosial mereka. Dengan pendekatan ini, pendidikan tidak lagi sebatas hafalan nilai-nilai moral, melainkan proses internalisasi yang membantu siswa menjadikan nilai-nilai tersebut bagian dari karakter mereka.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus bersifat holistik, melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendekatan ini dikenal dengan konsep Tri Pusat Pendidikan. Dalam era modern, pendekatan ini semakin relevan untuk menciptakan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan kesadaran sosial yang tinggi.

Tantangan Globalisasi dan Teknologi

Globalisasi dan kemajuan teknologi menghadirkan dua sisi mata uang dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, teknologi mempermudah akses informasi, tetapi di sisi lain, teknologi juga membawa dampak negatif seperti penyebaran hoaks, cyberbullying, dan individualisme. Siswa sering terpapar informasi yang tidak valid dan nilai-nilai yang bertentangan dengan norma moral.

Di sinilah filsafat memainkan peran strategis. Dengan berpikir kritis, siswa diajarkan untuk memilah informasi, menganalisis kebenarannya, dan mempertimbangkan dampak etis dari tindakan mereka. Melalui pembelajaran filsafat, siswa dapat menjadi pengguna teknologi yang bijak dan bertanggung jawab, serta memahami bagaimana tindakan mereka di dunia digital memengaruhi orang lain.

Filsafat dan Nilai-Nilai Pancasila

Sebagai landasan negara Indonesia, Pancasila mengandung nilai-nilai penting yang perlu ditanamkan dalam pendidikan karakter. Filsafat pendidikan yang berbasis Pancasila membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, kemanusiaan, dan persatuan. Nilai-nilai ini tidak hanya relevan untuk kehidupan pribadi siswa, tetapi juga untuk membangun harmoni dalam masyarakat yang semakin beragam.

Melalui pendekatan filsafat, siswa tidak hanya memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu siswa menjadi warga negara yang beriman, bertakwa, gotong royong, serta memiliki kemampuan bernalar kritis, sebagaimana yang diharapkan dalam Profil Pelajar Pancasila.

Metode Pengajaran Berbasis Filsafat

Pendekatan filsafat dalam pendidikan karakter mengutamakan metode pengajaran yang interaktif dan reflektif. Beberapa metode yang sering digunakan meliputi:

  1. Diskusi Dialogis
    Siswa diajak untuk berbicara, bertanya, dan mendiskusikan isu-isu moral dan etika dalam suasana yang terbuka. Metode ini melatih siswa untuk berpikir kritis, mendengarkan perspektif orang lain, dan mengajukan argumen yang kuat.

  2. Studi Kasus
    Siswa diberikan situasi nyata yang memerlukan analisis moral. Misalnya, bagaimana menentukan tindakan yang adil dalam situasi konflik atau bagaimana menghadapi berita palsu secara etis.

  3. Pemecahan Masalah Etis
    Siswa belajar mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan berbagai solusi, dan memilih tindakan yang paling sesuai berdasarkan prinsip moral.

Metode-metode ini tidak hanya membantu siswa memahami konsep filsafat, tetapi juga mendorong mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, siswa dibentuk menjadi individu yang kritis, reflektif, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

Membangun Generasi yang Berkarakter

Filsafat menawarkan kerangka berpikir untuk memahami tantangan modern dan menemukan solusi yang relevan. Dalam dunia yang penuh dengan perubahan cepat dan kompleksitas, pendidikan berbasis filsafat dapat membantu siswa mengembangkan:

  • Kesadaran Moral: Kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah.
  • Empati Sosial: Pemahaman dan penghormatan terhadap perbedaan.
  • Kepemimpinan Etis: Kemampuan untuk memimpin dengan nilai-nilai moral.

Pendekatan filsafat tidak hanya membantu siswa menghadapi tantangan masa kini, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan untuk menjadi warga dunia yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Pendidikan berbasis filsafat merupakan investasi strategis untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas, empati, dan tanggung jawab sosial. Meski terdapat tantangan dalam implementasinya, filsafat tetap relevan sebagai pilar utama dalam pendidikan karakter. Dengan memperkuat pendekatan ini dalam kurikulum, kita dapat menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global dengan karakter yang kokoh.

Referensi :

Freire, P. (2017). Pedagogy of the Oppressed (30th Anniversary Edition). Bloomsbury Publishing.

Haryatmoko, D. (2019). Filsafat Pendidikan: Pengantar untuk Pengajaran dan Pembelajaran di Sekolah. Penerbit Kanisius.

Kemendikbud. (2020). Profil Pelajar Pancasila: Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab, Cerdas, dan Berkarakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Knight, G. R. (2014). Philosophy and Education: An Introduction in Christian Perspective (4th ed.). Andrews University Press.

Lickona, T. (2018). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books.

Maslow, A. H. (2013). Toward a Psychology of Being (2nd ed.). Pearson Education.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar