🔧 Apa Itu Technology Gap?
Technology gap adalah kesenjangan antara kelompok atau individu yang memiliki akses, keterampilan, dan pemahaman terhadap teknologi dengan mereka yang tidak. Ini sering tampak jelas antara:
-
Kota vs desa,
-
Generasi muda vs lansia,
-
Lembaga maju vs tertinggal,
-
bahkan antara guru dengan peserta didiknya.
Kita melihat sekolah-sekolah yang masih kesulitan akses internet bersaing dalam sistem pendidikan berbasis digital. Orang tua yang gagap teknologi berusaha memahami anak-anak yang sudah "melek gadget" sejak balita. Dalam institusi, guru dan dosen berhadapan dengan sistem administrasi yang makin otomatis, namun tak jarang belum dilengkapi pelatihan memadai.
🧠Lalu Apa Itu Wisdom Gap?
Jika technology gap adalah soal akses dan kemampuan, maka wisdom gap adalah soal nilai, arah, dan makna penggunaan teknologi. Ini adalah celah antara kemampuan menggunakan teknologi dengan kebijaksanaan dalam menggunakannya.
Contohnya:
-
AI digunakan untuk memanipulasi informasi (deepfake) ketimbang mendidik.
-
Media sosial jadi ladang polarisasi, bukan literasi.
-
Data siswa dikumpulkan, tapi tak pernah digunakan untuk keputusan yang membina.
Gap kebijaksanaan tidak terlihat secara kasat mata, tapi terasa dampaknya. Banyak orang cerdas secara teknis, tetapi kehilangan arah etis. Makin banyak informasi, tapi makin sedikit refleksi.
📌 Digital Transformation: Berkah atau Bahaya?
Transformasi digital bisa menjadi lompatan peradaban, atau justru boomerang perpecahan. Di sinilah pentingnya kita tidak hanya bicara digital literacy, tetapi juga digital wisdom.
Dalam dunia pendidikan, misalnya, digitalisasi tak hanya soal LMS, aplikasi, atau AI. Tapi bagaimana semua itu diarahkan untuk menyemai karakter, menggugah potensi, dan merawat kemanusiaan.
Filsuf Martin Heidegger pernah memperingatkan dalam karyanya The Question Concerning Technology:
"The danger is not technology itself, but the way we allow it to define our being."
Kita bukan anti teknologi, tetapi kita tak ingin menjadi budaknya. Di sinilah letak urgensi membangun ekosistem pendidikan dan sosial yang tidak hanya adaptif secara teknis, tetapi juga arif secara moral dan spiritual.
🌱 Refleksi: Menutup Gap, Merawat Makna
Menutup gap teknologi butuh infrastruktur dan pelatihan. Tapi menutup gap kebijaksanaan, butuh kesadaran kolektif. Kita perlu:
-
Mendidik generasi muda untuk tidak hanya "pintar klik", tapi juga "bijak memilih".
-
Menanamkan bahwa teknologi adalah alat, bukan tujuan.
-
Membangun budaya diskusi, bukan hanya kompetisi digital.
-
Menyemai etika dan tanggung jawab dalam setiap inovasi.
🔚 Penutup
Transformasi digital adalah keniscayaan. Tapi manusia tetap harus menjadi nahkoda. Jangan sampai kita menukar arah hidup hanya demi kecepatan. Jangan pula kita rela kehilangan makna hanya karena terpesona oleh mesin.
Mari kita isi dunia digital dengan nilai-nilai yang menjunjung tinggi kebijaksanaan, keadilan, dan kemanusiaan. Karena pada akhirnya, yang membedakan manusia dengan mesin bukanlah kecepatan berpikir, tetapi kedalaman merasakan dan kebijaksanaan dalam memutuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar