Jumat, 20 Juni 2025

Memanusiakan Manusia: Pendidikan Berjiwa Pancasila di Era Digital


Di tengah arus globalisasi dan transformasi digital yang pesat, pendidikan Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang besar. Di satu sisi, kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, termasuk integrasi teknologi dan sains dalam pembelajaran. Di sisi lain, kita juga memiliki akar kuat berupa nilai-nilai kearifan lokal dan filosofi bangsa yang harus terus dijaga dan diberdayakan. Dalam konteks ini, pembelajaran yang memanusiakan manusia menjadi jembatan utama, yang merangkai antara masa lalu yang bijaksana, masa kini yang dinamis, dan masa depan yang penuh harapan.

Memanusiakan Manusia: Hakikat Pendidikan Sesungguhnya

“Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara aktif,” sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003. Namun lebih dari itu, pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia — membentuk insan yang utuh, tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional, sosial, spiritual, dan moral.

Prinsip ini mengandaikan bahwa setiap peserta didik dipandang sebagai pribadi yang unik, bermartabat, dan memiliki potensi khas yang perlu dihargai dan dikembangkan. Guru bukan sekadar pengajar, melainkan pendamping tumbuh yang menyemai nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, rasa hormat, dan tanggung jawab.

Kearifan Nusantara: Sumber Nilai dan Etika Pendidikan

Nusantara kaya akan warisan nilai yang berakar pada budaya lokal, seperti gotong royong, musyawarah, tatakrama, unggah-ungguh, elok dalam tutur dan laku, serta hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Nilai-nilai ini tidak hanya merekatkan kehidupan sosial, tetapi juga mengandung kekuatan pedagogis yang luar biasa.

Misalnya, falsafah Jawa “Sangkan Paraning Dumadi” mengajarkan tentang asal-usul dan tujuan hidup manusia yang harus dijalani dengan kesadaran spiritual dan tanggung jawab sosial. Demikian pula nilai Tri Hita Karana di Bali menekankan keselarasan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam — suatu prinsip ekopedagogik yang sangat relevan di era krisis iklim saat ini.

Integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran menjadikan pendidikan lebih kontekstual, membumi, dan dekat dengan jiwa peserta didik.

Pancasila: Kompas Etis dan Ideologis Pendidikan

Sebagai dasar negara sekaligus pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan sumber nilai yang menyatukan berbagai elemen dalam pendidikan Indonesia. Lima sila Pancasila membentuk kerangka etis dan ideologis bagi pendidikan yang:

  • Berketuhanan, mendorong spiritualitas yang inklusif

  • Kemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung nilai empati dan keadilan sosial

  • Persatuan Indonesia, menumbuhkan nasionalisme yang berakar pada kebhinekaan

  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, mendukung partisipasi aktif dan demokratis

  • Keadilan sosial, mendorong akses pendidikan yang merata dan berkeadilan

Pancasila bukan sekadar dokumen ideologis, tetapi pedoman operasional dalam menata arah, isi, dan praktik pembelajaran yang memanusiakan manusia.

Adaptif terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 menuntut pendidikan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Digitalisasi pembelajaran, pemanfaatan AI, big data, hingga pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) telah menjadi kebutuhan esensial.

Namun adaptasi ini tidak boleh mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Maka dibutuhkan pendekatan humanisasi teknologi, di mana teknologi menjadi alat untuk memperkuat relasi antarmanusia, bukan menjauhkan. Dalam konteks ini, ilmu pengasuhan (ilmu kasih sayang dan karakter) menjadi relevan untuk membentuk generasi yang tetap berjiwa luhur di tengah kecanggihan dunia digital.

Simbiosis Harmonis: Kearifan, Pancasila, dan Teknologi dalam Pendidikan

Model pendidikan ideal Indonesia masa kini adalah simbiosis harmonis antara:

  • Nilai-nilai kearifan Nusantara sebagai sumber karakter

  • Pancasila sebagai pedoman kebijakan dan praksis

  • Ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir sebagai alat peningkatan kualitas

Pembelajaran yang memanusiakan manusia adalah pembelajaran yang adaptif, transformatif, tetapi tetap berakar kuat. Guru, sebagai pemimpin pembelajaran, memiliki peran strategis untuk menyelaraskan ketiganya secara bijak.

Bangsa besar tidak hanya ditentukan oleh kemajuan teknologinya, tetapi oleh kedalaman budayanya dan kematangan moral warganya. Melalui pembelajaran yang memanusiakan manusia, berbasis kearifan lokal, berpedomankan Pancasila, dan terbuka pada perkembangan sains dan teknologi, Indonesia dapat melahirkan generasi masa depan yang unggul, berakhlak, dan berdaya saing global tanpa kehilangan jati dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar