Jumat, 04 Juli 2025

Menyaring Bukan Menolak: Seni Memilah Informasi bagi Pendidik

Perkembangan teknologi informasi di era digital membawa dampak luar biasa dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Arus informasi kini mengalir deras dan cepat, tersebar luas melalui media sosial, portal berita, situs pembelajaran, serta beragam platform digital lainnya. Materi ilmu pengetahuan yang dulu hanya bisa diakses melalui buku dan perpustakaan kini tersedia secara instan, cukup dengan mengetikkan kata kunci di mesin pencari.

Fenomena ini tentu menjadi peluang besar bagi para pendidik. Dengan ketersediaan sumber belajar yang melimpah, guru dapat memperkaya strategi pembelajaran, memperluas referensi, dan meningkatkan kualitas pengajaran. Peserta didik pun bisa belajar secara mandiri, mengeksplorasi materi sesuai minat dan kebutuhannya. Namun di balik peluang tersebut, terdapat pula tantangan krusial yang perlu diantisipasi: kelelahan dan kebingungan akibat paparan informasi yang berlebihan (information overload).

Dari sudut pandang psikologis, otak manusia memiliki kapasitas terbatas dalam menyerap dan mengolah informasi. Ketika informasi diterima secara bertubi-tubi tanpa kendali, hal ini dapat memicu stres, disorientasi, hingga kehilangan fokus. Dalam konteks pendidikan, hal ini tidak hanya dialami peserta didik, tetapi juga para pendidik yang dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Oleh karena itu, kemampuan memilah dan memilih informasi menjadi keterampilan esensial yang harus dimiliki pendidik masa kini. Tidak semua informasi yang kita terima perlu ditindaklanjuti. Seorang guru dituntut untuk memiliki literasi informasi yang tinggi—mampu membedakan mana informasi yang valid dan relevan, serta menyaring konten yang benar-benar mendukung proses pembelajaran yang bermakna.

Lebih dari itu, pendidik juga berperan sebagai filter sosial dan intelektual bagi peserta didik. Dalam kelas maupun di luar kelas, guru perlu mengajak  berdialog tentang pentingnya berpikir kritis, menjaga etika berkomunikasi, serta menyebarkan informasi yang benar dan bertanggung jawab—terutama di dunia digital.

Sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.” Dalam konteks digital saat ini, menuntun berarti tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membimbing peserta didik menjadi bijak dalam menyikapi informasi, baik secara daring maupun luring.

Maka, menjadi pendidik di era digital bukan hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang menumbuhkan nilai-nilai kebijaksanaan, etika, dan kemanusiaan dalam berinteraksi dengan informasi. Di tengah derasnya arus data dan konten, marilah kita hadir sebagai sosok yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bersikap dan mendidik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar